top of page

Pakai BBM Tidak Sesuai Spek, Kendaraan Bisa Lebih Boros | PT SOLID GOLD BERJANGKA


PT Solid Gold Berjangka - Guna menekan polusi yg terjadi di Indonesia, pemerintah menerapkan standar Euro4 utk kendaraan bermotor. Direktur Komite Penghapusan Bensin Bertimbal Ahmad Safrudin atau akrab disapa Puput menjelaskan apa yg terjadi bila kendaraan dipaksa minum BBM yg tidak direkomendasikan. "Kalau kendaraan bensin perlu spesifikasi bahan bakar tertentu, kendaraan kelas skutik misalnya Scoopy itu kelihatannya kecil, ternyata kendaraan ini karena standar Euro3 sejak Agustus 2013 itu kompresi rasionya 9,2 banding 1," ujar Puput di kantornya.

Lebih lanjut dalam pemaparannya utk kendaraan roda empat seperti mobil kecil LCGC atau MPV ukuran 1.500 cc ke bawah memiliki kompresi rasion 10:1. Lalu mobil kelas menengah katakanlah 2.500 cc itu rata-rata 11:1 & mobil mewah yg konsumsi BBM-nya tinggi 11-12:1. "Kendaraan yg memiliki kompresi minimal 9:1 dia harus diisi minimal oktan numbernya 91, & kompresi rasip 10:1 ke atas harus disi RON minimal 95," ujar Puput. Apa yg terjadi bila kendaraan dgn kompresi di atas tidak menggunakan BBM yg disarankan?"Jika dipaksakan, maka kendaraan akan ngelitik (knocking)," ujar Puput.

Solid Gold Lebih lanjut ia memaparkan hal ini konsekuensi lain yg harus diterima adalah mobil jadi tidak bertenaga karena bensin dgn RON lebih rendah dari kebutuhan mesinnya akan terbakar oleh kompresi piston di ruang pembakaran mesin (self ignition) tanpa didahului percikan api. "Jadi prematur pembakarannya, sehingga mengganggu gerakan mesin. Akhirnya kendaraan ini, yg terbakarnya hanya kompresi karena tekanan itu tidak menghasilkan tenaga," jelas Puput. "Karena banyak yg terbuang, di sisi lain BBM akan lebih boros, & terjadi pembakaran tidak sempurna berarti hidro karbon akan tinggi, karbon monoksida juga akan tinggi," ujar Puput. Parahnya kendaraan yg tidak menggunakan bensin yg sesuai spesifikasi bahkan disebut akan mengalami overhaul. Karena terjadi penumpukan kerak atau detonisasi pada ruang bakar. "Terjadi detonasi sehingga itu akan meretakkan kepala piston komponen utama," jelas Puput. "Piston ini paling ekstrem pecah kalau tidak lumer karena begitu terjadi self ignition, komponen piston yg merupakan allumunium alloy itu menjadi lumer, sehingga itu akan merusak tentu saja akan merugikan pemilik kendaraan bermotor," kata Puput. Selain bahan bakar bensin, diesel pun juga dapat mengalami masalah ketika tidak diimbangi penggunaan bahan bakar yg sesuai spesifikasi. "Kendaraan setelah berstandar Euro 2 apa lagi Euro 4 sudah dilengkapi diesel particulate filter (DPF). Semacam alat utk menyaring berbagai polutan yg akan keluar dari knalpot kalau di bensin ada konverter katalitik," jelas Puput. "DPF akan mengalami kerusakan kalau terus menggunakan kadar belerang solar tinggi, kalau Euro 2 maksimum hanya 500 ppm, kalau Euro4 maksimum hanya 50 ppm, kalau Euro5 atau 6 maksimum hanya 10 ppm," pungkasnya.

Search By Tags
No tags yet.
Follow "THIS JUST IN"
  • Facebook Basic Black
  • Twitter Basic Black
  • Black Google+ Icon
bottom of page